Oleh : Friesty Mardiana Mahasiswa STIT Raden Santri Gresik.
Kebodohan remaja sekarang adalah menganggap pacaran sebagai standar kebahagiaan, padahal 90% remaja stres karena cinta .
Masa remaja adalah periode kehidupan yang penuh dengan perubahan dan tantangan. Stres menjadi salah satu fenomena yang sering ditemui pada usia ini. Salah satu penyebab utama dari stres di kalangan remaja adalah hubungan pacaran. Banyak ahli berpendapat bahwa 90 persen stres anak zaman sekarang disebabkan oleh pacaran, dan ada beberapa alasan yang mendukung pandangan ini.
Pertama, pacaran pada remaja sering kali disertai dengan tekanan emosional yang besar. Hubungan romantis pada usia ini biasanya melibatkan perasaan cinta yang intens dan komitmen emosional yang mendalam. Remaja yang masih dalam tahap perkembangan emosional sering kali belum memiliki keterampilan yang cukup untuk mengelola perasaan mereka. Akibatnya, konflik kecil dalam hubungan bisa berkembang menjadi sumber stres yang besar. Perasaan cemburu, ketidakpastian tentang masa depan hubungan, dan ketakutan akan putus cinta adalah beberapa contoh dari tekanan emosional yang sering dialami oleh remaja yang berpacaran.
Kedua, ekspektasi sosial dan tekanan dari lingkungan sekitar juga berperan penting dalam meningkatkan stres pada remaja yang berpacaran. Dalam era media sosial, remaja sering kali merasa perlu untuk menampilkan hubungan mereka kepada publik. Tekanan untuk menunjukkan hubungan yang ideal dan sempurna di media sosial bisa sangat besar. Remaja merasa tertekan untuk selalu tampak bahagia dan romantis di depan orang lain, bahkan ketika mereka sebenarnya sedang menghadapi masalah dalam hubungan mereka. Ekspektasi yang tidak realistis ini dapat menambah beban emosional dan menyebabkan stres yang signifikan.
Selain itu, pacaran juga dapat mengganggu prestasi akademik dan kehidupan sosial remaja. Ketika remaja terlalu fokus pada hubungan mereka, mereka mungkin akan mengabaikan tanggung jawab akademis mereka. Konflik dalam hubungan pacaran bisa mengganggu konsentrasi dan fokus belajar, sehingga berdampak negatif pada prestasi di sekolah. Hal ini bisa menjadi sumber stres tambahan, terutama ketika remaja merasa tertekan untuk memenuhi harapan akademik dari orang tua dan guru.
Hubungan pacaran yang tidak sehat juga dapat memiliki dampak psikologis yang serius. Remaja yang terlibat dalam hubungan yang penuh dengan konflik, kekerasan, atau pelecehan bisa mengalami gangguan emosional seperti kecemasan, depresi, dan bahkan trauma. Ketidakmampuan untuk keluar dari hubungan yang merusak bisa membuat remaja merasa terjebak dan putus asa, yang pada gilirannya meningkatkan tingkat stres mereka.
Untuk mengatasi masalah ini, penting bagi kita untuk memberikan pendidikan emosional dan seksual yang memadai kepada remaja. Pendidikan emosional dapat membantu remaja memahami dan mengelola emosi mereka dengan lebih baik. Mereka bisa belajar bagaimana menghadapi konflik dalam hubungan dengan cara yang sehat dan konstruktif. Pendidikan seksual yang komprehensif juga penting untuk memberikan pemahaman tentang hubungan yang sehat dan tidak sehat, serta bagaimana melindungi diri dari kekerasan dan pelecehan.
Selain itu, dukungan dari orang tua, guru, dan konselor juga sangat penting. Remaja membutuhkan lingkungan yang mendukung di mana mereka merasa aman untuk berbicara tentang masalah mereka dan mencari bantuan ketika diperlukan. Konseling dan terapi dapat memberikan alat dan strategi yang diperlukan untuk mengatasi stres dan mengembangkan hubungan yang lebih sehat.
Secara keseluruhan, meskipun tidak semua stres pada remaja dapat dikaitkan dengan pacaran, tidak dapat dipungkiri bahwa hubungan romantis merupakan salah satu sumber stres yang signifikan bagi banyak remaja zaman sekarang. Oleh karena itu, penting bagi kita untuk memberikan dukungan dan pendidikan yang tepat agar remaja bisa mengelola stres mereka dengan lebih baik dan menikmati masa remaja mereka dengan lebih sehat dan bahagia.
Oleh : Friesty Mardiana Mahasiswa STIT Raden Santri Gresik.
*) Tulisan Opini ini sepenuhnya adalah tanggung jawab penulis, tidak menjadi bagian tanggung jawab redaksi meroketnews.id
*) Rubrik Opini terbuka untuk umum. Panjang naskah maksimal 4.000 karakter atau sekitar 600 kata. Sertakan riwayat hidup singkat beserta Foto diri dan nomor telepon yang bisa dihubungi.
*) Naskah dikirim ke alamat e-mail: meroketnews@gmail.com