Oleh : Syarifa Aini Mahasiswa STIT Raden Santri Gresik.
Tiga bulan yang lalu masyarakat bawean di landa bencana alam yang berupa gempa bumi dan bertepatan dengan bulan suci Ramadhan, bencana alam itu terjadi pada hari jumat tangal 22 maret 2024 tepatnya pada pukul 10.45 wib. Pada saat kejadian itu warga pulau bawean sedang melakukan aktifitas sehari harinya dan tiba tiba ada guncangan yang lumayan besar dengan magnitudo 5,8 dan itu masih gempa pembuka akan tetapi dampak dari gempa pembuka itu sudah meruntuhkan salah satu masjid muhammadiyah di pulau bawean tepatnya berada di dusun laut sungai desa kotakusuma.
Sedangkan warga yang ada di dalam rumah saat itu banyak yang langsung lari keluar rumah untuk menyelamatkan dirinya akan tetapi ada sebagian warga yang masih berada di dalam rumahnya karna mereka tidak tahu bahwa yang sedang terjadi itu adalah gempa bumi karna waktu itu merupakan gempa pertama kali terjadi di pulau bawean, mungkin mereka tidak pernah menyangka bahwa hal ini terjadi di pulau kecilnya.
Banyak warga bawean yang trauma untuk memasuki rumahnya sendiri karna takut ada gempa susulan, tak lama kemudian sekitar jam 11.20 Wib gempa susulan itu benar terjadi. Karna bertepatan dengan hari jumat saat itu orang laki laki di pulau bawean sedang berada di dalam masjid untuk melaksanakan sholat jumat lalu para jamaah sholat jumat spontan keluar masjid. Akan tetapi kejadian itu tidak membuat iman orang bawean enggan untuk melaksanakan kewajiban mereka sebagai umat muslim karena mayoritas penduduk di pulau bawean 100% beragama Islam.
Beberapa jam kemudian tepat pada pukul 15.53 wib terjadi gempa susulan yang merupakan puncak gempa tersebut dengan kekuatan magnitudo 6,8. Hal itu mengakibatkan banyak bangunan bangunan seperti( rumah, sekolah, rumah sakit, masjid) di pulau yang mengalami kerusakan mulai dari rusak ringan hingga rusak parah bahkan sampai ada yang roboh total di beberapa desa, beruntungnya tidak ada korban jiwa dari bencana alam itu.
Semenjak dari kejadian tersebut warga tidak lagi menempati rumahnya, mereka memilih untuk tinggal di tanah lapang dan mendirikan tenda seadanya. Warga yang rumahnya berada di pesisir pantai mereka mengungsi ke rumah saudaranya yang berada di pegunungan. Tak lama kemudian berita gempa di pulau bawean sudah tersebar luas ke berbagai penjuru dunia karena canggihnya teknologi saat ini. Keesokan harinya sudah banyak bantuan yang masuk berupa sembako maupun donasi untuk kemaslahatan umum seperti masjid dan sekolah.
Oleh : Syarifa Aini Mahasiswa STIT Raden Santri Gresik.
*) Tulisan Opini ini sepenuhnya adalah tanggung jawab penulis, tidak menjadi bagian tanggung jawab redaksi meroketnews.id
*) Rubrik Opini terbuka untuk umum. Panjang naskah maksimal 4.000 karakter atau sekitar 600 kata. Sertakan riwayat hidup singkat beserta Foto diri dan nomor telepon yang bisa dihubungi.
*) Naskah dikirim ke alamat e-mail: meroketnews@gmail.com