meroketnews.id – Pada Pemilu 2024 mendatang, peta politik koalisi di Indonesia mengalami perubahan yang cukup mengejutkan. Salah satu trigger utamanya adalah paska deklarasi bakal calon presiden Anies Baswedan berpasangan dengan bakal calon wakil presiden Muhaimin Iskandar.
Pasangan ini mendapatkan dukungan dari partai-partai Nasdem-PKB dan PKS. Yang menarik adalah fakta bahwa PKB dan PKS, dua partai religius yang mendukung pasangan ini, memiliki corak ideologi keagamaan yang terkesan berseberangan satu sama lain.
Partai Kebangkitan Bangsa (PKB) menganut ideologi Ahlus Sunnah wal Jama’ah, sementara Partai Keadilan Sejahtera (PKS) seringkali dipandang sebagai partai yang berideologi Wahabi-Salafi. Koalisi antara PKB-PKS dan Nasdem memang pantas disebut sebagai koalisi perubahan.
Selain membawa visi-misi dan program kerja yang akan memperbaiki hal-hal kurang baik, serta melanjutkan hal-hal yang sudah baik, koalisi ini juga menghadirkan kebaharuan dalam perilaku dan pemikiran politik di Indonesia.
Anggapan bahwa partai politik yang berideologi Aswaja (Ahlus Sunnah wal Jama’ah) seperti PKB tidak mungkin berkoalisi dengan partai politik berideologi Wahabi-Salafi (PKS) telah dipatahkan dengan adanya koalisi ini.
Hal ini menunjukkan adanya semangat ukhuwah wathaniyah, persatuan dalam negeri, di antara partai politik yang memiliki perbedaan ideologi keagamaan.
Ukhuwah wathaniyah adalah konsep persatuan dalam bingkai kebangsaan. Konsep ini menekankan pentingnya persatuan dan kesatuan dalam menjaga kestabilan dan kemajuan negara.
Dalam konteks koalisi perubahan ini, ukhuwah wathaniyah menjadi landasan yang kuat untuk menjaga persatuan dan kesatuan di antara partai politik yang memiliki perbedaan ideologi.
Perlu dicatat bahwa walaupun PKB dan PKS memiliki perbedaan dalam hal ideologi keagamaan, keduanya memiliki kesamaan dalam visi-misi dan tujuan politik yang ingin dicapai.
Kedua partai ini memiliki komitmen yang kuat untuk memajukan Indonesia dan meningkatkan kesejahteraan rakyat. Oleh karena itu, meskipun ada perbedaan pandangan dalam beberapa hal, mereka tetap dapat bekerja sama untuk mencapai tujuan yang sama.
Selain itu, koalisi perubahan ini juga menunjukkan kedewasaan politik dari PKB dan PKS. Mereka menyadari bahwa dalam politik, tidak mungkin semua pihak memiliki pandangan yang sama dalam semua hal.
Namun, hal tersebut tidak menjadi penghalang untuk bekerja sama dalam mencapai tujuan yang lebih besar. Dalam konteks ini, PKB dan PKS menunjukkan bahwa mereka dapat menempatkan kepentingan bangsa dan negara di atas kepentingan partai politik masing-masing.
Sebagai umat Islam, kita juga perlu mengambil hikmah dari koalisi perubahan ini. Dalam Islam, persatuan umat menjadi sangat penting. Allah SWT berfirman dalam Al-Qur’an, “Dan berpeganglah kamu semuanya kepada tali (agama) Allah, dan janganlah kamu bercerai berai.” (QS. Ali Imran: 103).
Dalam konteks politik, ukhuwah wathaniyah menjadi salah satu cara untuk menjaga persatuan dan kesatuan di antara umat Islam.
Dalam menghadapi Pemilu 2024, kita sebagai umat Islam perlu mengambil hikmah dari koalisi perubahan ini. Kita perlu belajar untuk menjaga persatuan dan kesatuan di antara umat Islam, meskipun terdapat perbedaan dalam hal ideologi keagamaan. Kita juga perlu belajar untuk tidak terjebak dalam perang pemikiran yang dapat memecah belah umat.
Terakhir, kita juga perlu mengingat bahwa tujuan utama dari politik adalah untuk memajukan bangsa dan negara. Oleh karena itu, dalam berpolitik, kita harus memprioritaskan kepentingan bangsa dan negara di atas kepentingan pribadi dan partai politik. Kita harus mengedepankan kepentingan bersama dan mencari solusi yang terbaik untuk rakyat Indonesia.