Mombhul Beach, Bawean – Jum’at, 20 Juni 2025 | Pukul 14.00 WIB
Suasana penuh keakraban dan semangat kebersamaan mewarnai acara Silaturrahmi Lembaga yang digelar di Pantai Mombhul, Bawean, pada Jumat siang (20/6). Acara ini mempertemukan jajaran Pengurus Cabang Nahdlatul Ulama (PCNU) Bawean bersama seluruh lembaga di bawah naungannya, sekaligus menghadirkan tokoh nasional Sekretaris Lembaga Pendidikan (LP) Ma’arif Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU), Harianto Oghie.
Dalam sambutannya, Harianto menyampaikan beberapa pesan penting dan strategis terkait arah pendidikan Nahdlatul Ulama ke depan.
Pertama, Harianto menekankan pentingnya sikap otokritik dalam tubuh Lembaga Ma’arif sendiri. “Kita harus berani mengevaluasi secara jujur: sejauh mana program-program yang kita desain benar-benar berdampak dan sejalan dengan tujuan organisasi,” ujarnya. Ia menambahkan bahwa refleksi internal ini menjadi kunci dalam memperkuat eksistensi lembaga di tengah tantangan zaman.
Kedua, ia menyoroti urgensi percepatan transformasi visi pendidikan. Dalam konteks perubahan kebijakan nasional, Harianto mengingatkan akan munculnya isu strategis seperti Rancangan Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional (Sisdiknas) 2026. Dalam isu tersebut, penting ditegaskan keberpihakan negara terhadap guru swasta, terutama di lingkungan pendidikan NU.
“Negara wajib hadir, bukan hanya untuk guru ASN, tapi juga untuk para guru swasta. Pemerintah harus menjamin perlindungan dan kesejahteraan mereka,” tegasnya.
Selain itu, Harianto juga menyoroti program nasional seperti Makan Bergizi Gratis (MBG) dan pentingnya pendidikan yang menanamkan nilai-nilai karakter serta ekoteknologi. Ia mengajak seluruh elemen Lembaga Ma’arif untuk memperkuat pembelajaran yang tidak hanya mencetak akademisi, tetapi juga insan yang sadar lingkungan dan berdampak sosial.
Di akhir pemaparannya, Harianto menyinggung keputusan Mahkamah Konstitusi yang menyangkut kewajiban penghapusan pembayaran LKS (Lembar Kerja Siswa) di jenjang pendidikan dasar seperti SD, MI, dan MTs. Hal ini menurutnya menjadi peluang sekaligus tantangan dalam mendesain kurikulum dan metode pembelajaran yang lebih merata dan terjangkau.
Acara silaturrahmi ini tidak hanya menjadi ajang konsolidasi, namun juga ruang strategis untuk membangun sinergi lintas lembaga NU dalam menyongsong tantangan pendidikan nasional yang lebih adil, inklusif, dan berdaya saing.