Meroketnews – 30 Desember 2023, Politik di Bali selalu menjadi topik yang menarik untuk dibahas. Khususnya saat ini, terkait dengan pencalonan Abdul Halim sebagai anggota DPR RI dari Partai Kebangkitan Bangsa (PKB). Berbagai tokoh di Bali pun memberikan pandangan mereka terhadap momen politik ini.
Mangku Dewa Kresna dari Forum Kerukunan Umat Beragama (FKUB) Bali berharap agar momen politik ini tidak hanya menjadi ajang pengakuan terhadap kebesaran suatu tokoh, tetapi juga menjadi ajang untuk menjalin komunikasi dan saling menghargai. Toleransi dan moderasi menjadi kunci penting dalam menjaga kerukunan di Bali.
Mangku Jenggot dari Yayasan Satya Umat Nusantara sekaligus ketua DPW Berani Bali juga memiliki harapan yang sama. Ia berharap agar masyarakat Bali tidak melihat bendera atau agama dalam memilih pemimpin, melainkan melihat kontribusi dan peran nyata yang dapat diberikan oleh calon pemimpin tersebut. Ia juga berharap agar Abdul Halim dapat mengayomi dan berkolaborasi dengan yayasan tersebut.
Abdul Halim sendiri menyampaikan bahwa PKB memiliki sejarah yang panjang dalam pengabdian kepada masyarakat dan umat. Ia juga mengutip perkataan Gus Dur bahwa yang lebih penting dari politik adalah kemanusiaan. Hal ini menunjukkan bahwa Abdul Halim memiliki visi yang luas dan berorientasi pada pelayanan kepada masyarakat.
Jero Mangku Dewa Agus memberikan pandangan yang positif terhadap PKB di Bali. Menurutnya, tidak ada masalah dan masih sangat baik berkomunikasi dan berkolaborasi antara PKB dengan masyarakat adat. Ia berharap agar siapapun yang terpilih sebagai anggota DPR RI dari Bali dapat membangun Bali yang lebih baik.
Mangku Dewa Adi Putra berharap agar PKB dapat lebih merangkul masyarakat di Bali. Sinergitas antara PKB dengan masyarakat sangat penting dalam membangun Bali yang maju dan berkeadilan.
Mangku Ajik Pasek menekankan pentingnya edukasi politik kepada masyarakat. Dengan pemahaman yang baik tentang politik, masyarakat dapat berpartisipasi secara aktif dan cerdas dalam memilih pemimpin yang berkualitas.
Ia juga mengatakan bahwa adat dan budaya Bali tidak bisa digeser, dan partai politik tidak berlandaskan atas agama. Ini menggarisbawahi pentingnya menjaga keberagaman dan menghormati budaya setempat dalam konteks politik.
Penglingsir Gede Made Darma berharap agar Abdul Halim berjuang dengan hati nurani. Hal ini menunjukkan bahwa politik di Bali tidak hanya tentang kekuasaan, tetapi juga tentang pelayanan yang tulus dan ikhlas kepada masyarakat.
Pak Mangku Darmadi menyatakan kekagumannya terhadap PKB, terutamanya NU, karena sikap netralitasnya. PKB tidak menonjolkan salah satu agama maupun golongan. Ia berharap agar PKB dapat bersosialisasi di Bali karena sinergitas NU dan Bali sudah ada sejak dulu.
Secara keseluruhan, pembahasan tersebut menunjukkan bahwa para tokoh di Bali berharap agar politik di Bali dapat berjalan dengan damai dan toleran. Toleransi, kontribusi nyata, edukasi politik, sinergitas budaya, dan perjuangan dengan hati nurani adalah poin-poin penting yang muncul dari pembahasan tersebut.
Politik di Bali bukan hanya sekedar pertarungan kekuasaan, tetapi juga merupakan wadah untuk membangun Bali yang lebih baik. Dalam menjalankan politik, penting bagi calon pemimpin untuk mengedepankan toleransi, melihat kontribusi nyata, memberikan edukasi politik kepada masyarakat, dan menjaga sinergitas antara adat dan budaya dengan politik.
Dengan menjaga prinsip-prinsip ini, diharapkan politik di Bali dapat menjadi sarana untuk mencapai kemajuan yang berkelanjutan dan keadilan sosial bagi seluruh masyarakat Bali.