Porang (Amorphophallus muelleri) adalah tanaman umbi-umbian yang kini menjadi primadona di kalangan petani karena nilai ekonominya yang tinggi. Tanaman ini banyak digunakan dalam industri makanan, kosmetik, dan obat-obatan. Dengan permintaan pasar yang terus meningkat, budidaya porang menjadi peluang bisnis yang menjanjikan.
Apa Itu Porang? Porang tumbuh subur di daerah tropis seperti Indonesia. Menurut Balai Penelitian Tanaman Sayuran (Balitsa), porang mengandung glukomanan, serat alami yang memiliki nilai tinggi dalam industri pangan dan kesehatan. Glukomanan dikenal sebagai bahan pengental alami yang rendah kalori dan baik untuk diet.
Mengapa Porang Bernilai Tinggi? Porang memiliki nilai ekonomi yang tinggi karena permintaan ekspor yang besar, terutama dari Jepang, China, dan Korea. Kementerian Pertanian (2023) mencatat bahwa harga porang kering bisa mencapai Rp30.000 hingga Rp50.000 per kilogram, tergantung kualitasnya. Bahkan, petani porang di Jawa Timur dilaporkan bisa menghasilkan miliaran rupiah dari budidaya tanaman ini.
Manfaat Porang:
- Industri Pangan: Bahan baku mie shirataki, tepung, dan pengental alami.
- Industri Kesehatan: Glukomanan dalam porang digunakan untuk suplemen diet dan obat-obatan.
- Industri Kosmetik: Sebagai bahan pelembap dan pengental dalam produk kecantikan.
Cara Budidaya Porang Budidaya porang relatif mudah dan tidak memerlukan lahan luas. Berikut langkah-langkahnya:
- Pemilihan Bibit Pilih bibit berkualitas, bisa berupa umbi, katak (bintil pada batang), atau biji. Bibit dari katak lebih cepat tumbuh dan mudah dirawat.
- Persiapan Lahan Porang tumbuh optimal di tanah gembur dan subur dengan pH 6-7. Bersihkan lahan dari gulma dan buat lubang tanam dengan jarak 50 x 50 cm.
- Penanaman Tanam bibit pada awal musim hujan dengan kedalaman 5-10 cm dan tutup dengan tanah tipis.
- Perawatan
- Penyiraman: Porang membutuhkan air yang cukup, terutama di musim kemarau.
- Pemupukan: Gunakan pupuk organik atau pupuk kandang untuk meningkatkan kesuburan tanah.
- Penyiangan: Bersihkan gulma secara rutin agar tidak mengganggu pertumbuhan porang.
- Panen Porang dapat dipanen setelah 2-3 tahun dengan berat umbi sekitar 1-2 kilogram.
Menurut Kementerian Pertanian (2023), seorang petani dengan lahan 1 hektar bisa menghasilkan 10-15 ton porang basah per tahun. Jika diolah menjadi porang kering, hasilnya bisa mencapai 1-2 ton dengan harga jual Rp 30.000-50.000 per kilogram, sehingga petani bisa mendapatkan pendapatan Rp 30-100 juta per hektar.
Tantangan Budidaya Porang:
- Perawatan Intensif: Memerlukan penyiraman dan pemupukan rutin.
- Hama dan Penyakit: Rentan terhadap serangan hama seperti ulat dan jamur.
- Pasar Fluktuatif: Harga porang bisa berubah tergantung permintaan pasar.
HIPPORA Beri Dukungan Ketua Himpunan Petani dan Pengusaha Porang (HIPPORA), Abdul Halim, menyambut baik perkembangan industri porang dan menilai bahwa tanaman ini memiliki prospek cerah bagi petani.
“Kami sangat mengapresiasi perhatian pemerintah terhadap budidaya porang. Dengan meningkatnya dukungan, petani dapat lebih mudah mengembangkan usaha mereka dan menembus pasar ekspor dengan standar yang lebih baik,” ujarnya.
Abdul Halim juga berharap adanya lebih banyak pelatihan dan bimbingan bagi petani agar mereka dapat memahami teknik budidaya yang lebih optimal.
“Kami berharap pemerintah terus memberikan pendampingan dan akses permodalan yang lebih luas agar budidaya porang dapat berkembang secara berkelanjutan dan memberikan manfaat bagi petani di seluruh Indonesia,” tutupnya.