Jakarta – Fraksi Partai Kebangkitan Bangsa (PKB) DPR RI tengah dirundung duka atas wafatnya KH Alamuddin Dimyati Rois, anggota Komisi XI DPR RI dari Fraksi PKB, pada Selasa pagi, 6 Mei 2025.
Putra dari ulama terkemuka KH Dimyati Rois dari Kendal ini tutup usia setelah menjalani perawatan selama empat hari di RS Budi Rahayu, Pekalongan, Jawa Tengah. Ketua Fraksi PKB, Jazilul Fawaid, menyampaikan belasungkawa mendalam atas kepergian sosok ulama sekaligus politisi yang telah mengabdikan hidupnya untuk partai, pesantren, dan umat.
Gus Jazil, sapaan akrab Jazilul Fawaid, menyebut meskipun Gus Alam masih muda, ia mampu memberi kontribusi besar dalam dinamika fraksi PKB. Ia menjadi simbol bahwa lulusan pesantren pun dapat berperan aktif dalam kancah politik nasional.
“Kami berharap semakin banyak santri yang ikut mewarnai kebijakan nasional, khususnya melalui PKB,” ujarnya.
Ia juga mewakili seluruh anggota Fraksi PKB memohon maaf atas segala kekhilafan Gus Alam semasa hidupnya, baik yang disengaja maupun tidak. Gus Jazil berharap almarhum diterima di sisi Allah SWT dan mendapat tempat terbaik di akhirat.
Jenazah Gus Alam direncanakan dimakamkan di kompleks Pondok Pesantren Al Fadlu 2, Desa Sidorejo, Brangsong, Kendal, pada Selasa sore.
Gus Alam merupakan korban kecelakaan tragis di Tol Pemalang-Batang KM 315, tepatnya di wilayah Desa Karangasem, Kecamatan Petarukan, Pemalang, pada Jumat dini hari, 2 Mei 2025. Saat itu, ia baru saja menghadiri pengajian rutin malam Jumat Wage di Desa Tegalglagah, Brebes. Kendaraan Toyota Innova yang ditumpanginya menabrak truk fuso dari belakang, menyebabkan dua korban jiwa di lokasi kejadian.
Lahir di Kaliwungu, Kendal, pada 26 Desember 1980, Gus Alam telah lama aktif di dunia politik lewat PKB. Ia pernah menjabat sebagai Wakil Ketua Garda Bangsa dan empat kali terpilih menjadi anggota DPR mewakili Dapil Jateng I, yang mencakup Kendal, Semarang, Salatiga, dan sekitarnya. Ia juga dikenal sebagai pendiri dan pengasuh Pondok Pesantren Al-Fadllu wal Fadhilah.
Peran aktifnya di politik tak lepas dari pesan sang ayah, KH Dimyati Rois, yang pernah ia sampaikan dalam acara bersama KH Ma’ruf Amin, akhir 2024. Menurutnya, seorang kiai juga harus memahami dan terlibat dalam politik untuk membawa nilai-nilai kebenaran. Bagi Gus Alam, politik adalah medan pengabdian yang harus dijalani dengan akhlak mulia—tanpa tipu daya, tanpa memecah belah, serta menjunjung tinggi nilai persatuan dan ukhuwah.
Selama di parlemen, ia dikenal sebagai wakil rakyat yang vokal memperjuangkan isu-isu keagamaan dan menjaga kerukunan antarumat beragama berdasarkan semangat Pancasila.
Dalam kesehariannya, Gus Alam hidup dalam kesederhanaan. Ia kerap mengenakan sarung, peci hitam, dan baju koko saat menerima tamu atau menyampaikan kajian keagamaan. Ia menjadikan hidupnya sebagai jalan pengabdian, sesuai motonya: Berjuang tanpa lelah, hadir untuk rakyat.