Oleh: Mahfud, S.Ud., M.Pd (Dosen STIT Raden Santri Gresik)
Ketika Nabi Muhammad Masih hidup, beliau pernah menyinggung tentang keberadaan dan ciri-cirinya. Salah satu cirinya adalah bermata SATU. Sudah 14 abad lebih sejak tanda itu diperkenalkan. Semua orang bertanya-tanya tentang mata SATU. Tafsiran tentang “Dajjal” bermacam-macam. Ada sebagian dari orang Islam menganggap bahwa “Dajjal” adalah berwujud seorang laki-laki yang dimana mata kanannya buta (bermata satu) yang dianggap sosok yang sangat menakutkan, “Dajjal” dikatakan akan mengajak manusia kepada kemungkaran, sehingga dikatakan ajakan “Dajjal” memiliki makna surganya “Dajjal” adalah nerakanya Allah, dan nerakanya “Dajjal” adalah surganya Allah. Dan siapa saja orang yang tidak mau ikut dengan keinginan “Dajjal” maka akan di bunuh. Ini adalah persepsi yang diyakini oleh sebagian umum masyarakat muslim dunia.
Akan tetapi, dalam konteks ini saya memiliki perbedaan dengan sebagian besar kaum muslimin. Jika sebagian besar memahami dan meyakini “Dajjal” dalam wujud makhluk seorang laki-laki yang hanya memiliki satu mata karena mata kanannya buta, saya justru memandang berbeda. “Dajjal” menurut keyakinan saya lebih kepada makna kiasan, dalam hal ini adalah sifat-sifat buruk yang lahir dalam diri seseorang. Saya akan memulai argumentasi saya dengan analogi rasional. “Dajjal” dikatakan oleh Nabi sebagai sosok yang mata kanannya buta dan hanya memiliki satu mata kiri saja. Sekarang coba kita lihat lebih dalam, dalam diri manusia ada dua sumber penglihatan yaitu mata dzahir dan mata batin. Mata dzahir kita adalah mata kiri sedangkan mata batin kita adalah mata kanan.
Ketika mata kanan seseorang buta (mata hatinya) tentu orang itu akan cenderung menyalahkan, menghina, tidak menghargai apa yang telah orang lain lakukan. Cenderung mengatakan itu karena saya yang hebat, orang lain tahu apa! Orang yang buta mata kanannya adalah orang yang marah ketika dikritik, tidak transparan, menghina orang di depan orang banyak hanya untuk menutupi kesalahannya sendiri. Ini merupakan bagian dari orang yang mata kanannya buta alias “Dajjal”.
Dalam konteks yang lebih luas “Dajjal”itu telah muncul walaupun belum menguasai dunia seutuhnya. Dalam kenyataannya dewasa ini, perang yang terjadi di dunia Islam baik di Syuriah, Afganistan, Irak, Yaman dan Palestina ini adalah bagian dari penindasan “Dajjal”terhadap ke damaian manusia. Dan semua itu merupakan hasil dari propaganda-propaganda dari pemimpin “Dajjal” di dunia ini (Amirika). Kalau kedaerah Asia Tenggara kita pernah menyaksikan geneosida yang dilakukan oleh tentara Miyanmar terhadap Islam Roghiyah ini adalah bagian dari keadaan dimana sesorang atau pemimpin Negara telah buta mata kanannya.
Dalam ranah agama, banyak orang bersembunyi di balik sucinya simbol-simbol agama. Tidak jarang orang yang setiap harinya pakai baju takwa, sarungan pakai kopyah, dan berserban. Pakai kerudung dan bergamis, serta di depan orang membaca Alquran, dan berkata lembut seperti orang paling bijak. Semua orang yang melihatnya salaman dan cium tangan, ternyata semua simbol agama itu hanya dijadikan taming untuk menutupi ke busukannya. Orang yang sesungguhnya Islam tanpa simbol itu maka Islamnya akan terpancar dari akhlaknya dan bagaimana orang itu mampu memanusiakan manusia, jika simbol agama hanya menjadi cara untuk menutupi keburukannya maka dialah orang yang menggunakan agama tetapi buta mata kanannya (“Dajjal”).
Dalam ranah kepemimpinan, tidak sedikit pemimpin dewasa ini lupa terhadap siapa dirinya. Demi hasrat mata kirinya seringkali menggunakan kekuasaan yang melekat pada dirinya untuk membenarkan yang salah dan menyalahkan yang benar. Ketika tidak sepaham dengan hasrat mata kirinya, segala cara digunakan untuk menyingkirkan orang yang tidak tunduk kepadanya, mulai dari kata-kata menghina, diabaikan hak-haknya serta memandang yang tak sepaham dengan mata sebelah saja. Hal ini baru saja kita saksikan bersama dalam kasus pembunuhan Kashoggi seorang jurnalis Amirika berkebangsaan Arab Saudi di bunuh digedung konsulat Arab Saudi yang ada di Turki yang disinyalir melibatkan putra mahkota Muhammad Bin Salman.
Kashoggi adalah seorang jurnalis yang selalu mengkritik kebijakan pemerintah Arab Saudi dalam beberapa kebijakannya yang tidak pro rakyat. Akan tetapi sekali lagi sebagaimana yang telah dikatakan di atas, bahwa ketika seseorang berkuasa dan kemudian dia lupa siapa dirinya, maka yang mengkritik atau tidak sepaham dengan dirinya dianggap bom nuklir yang sewaktu-waktu bisa meledak, sebelum meledak maka harus dimusnahkan terlebih dahulu. Akhirnya Kashoggi pun di bunuh dengan keji. Maka dalam hal ini pemimpin yang buta mata kanannya telah menjadi “Dajjal” bagi siapa saja yang tidak sepaham dengannya.
Dalam tulisan ini saya hanya ingin memberikan satu pandangan yang berbeda tentang “Dajjal” bahwa apa yang selama ini kita takuti tanpa kita sadari “Dajjal” telah ada dan bahkan hidup bersama kita. Untuk mengetahui bentuk “Dajjal” di akhir zaman tinggal kita lihat saja disekeliling kita apakah ada dengan ciri-ciri di atas. Akhir zaman yang dikatakan Rasulullah adalah merujuk pada waktu dimana diputrakannya Muhammad bin Abdillah. Dengan demikian maka para “Dajjal” telah mengambil bentuk rupa masing-masing dalam bentuk dan kedudukannya yang beragam. Semoga tulisan ini memberikan suatu arah pemikiran yang berbeda namun tidak menghilangkan makna yang hakiki tetang makna “Dajjal” yang dikatakan dalam sabda Nabi Muhammad Saw.
Oleh : Mahfud, S.Ud., M.Pd Dosen STIT Raden Santri Gresik.
*) Tulisan Opini ini sepenuhnya adalah tanggung jawab penulis, tidak menjadi bagian tanggung jawab redaksi meroketnews.id.
*) Rubrik Opini terbuka untuk umum. Panjang naskah maksimal 4.000 karakter atau sekitar 600 kata. Sertakan riwayat hidup singkat beserta Foto diri dan nomor telepon yang bisa dihubungi.
*) Naskah dikirim ke alamat e-mail: meroketnews@gmail.com